PEWARISAN SIFAT TAHAN TERHADAP PENYAKIT KUDIS

Bambang Suryotomo

Abstract


Ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang menduduki urutan keempat sesudah padi, jagung dan ubi kayu. Selain sebagai bahan pangan, ubi jalar juga untuk pakan ternak dan bahan baku industri. Banyak yang dihadapi dalam budidaya tanaman ubi jalar, antara lain adanya serangan penyakit kudis (Esinoe batatas) , karena menyebabkan kehilangan hasil lebih dari 50 persen (Clark dan Moyer, 1988). Penggunaan varietas “tahan” merupakan metode yang paling efektif dalam menanggulangi penyakit tersebut.

Perakitan varietas tahan dilakukan dengan melakukan persilangan dengan klon-klon yang tahan dan umumnya tergolong dalam ubi jalar tipe liar. Ipomoea trifida merupakan kerabat liar ubi jalar, yang mempunyai sifat terhadap kudis dan daya silangnya tinggi terhadap ubi jalar budidaya (I batatas). Persilangan antar klon pada ubi jalar sering gagal (artinya tanaman tidak mampu membentuk biji, biji banyak yang abortif, karena perbedaan polyploidy (jumlah kromosom). Berdasarkan uji sitologi, I batatas merupakan heksaploid sedang I trifida diploid. Pada persilangan antar I trifida , sifat ketahanan penyakit kudis diwariskan oleh suatu gen dengan dua alel, dimana alel “tahan” dominant terhadap alel “rentah”. Sedang persilangan antara I batatas dengan I trifida, menghasilkan zuriat (individu) dengan ploidi tetraploid. Zuriat yang tahan bersifat heterosigot dengan genotype  AAAA, AAAa, Aaaa. Sedang yang rentan bersifat homosigot dengan genotype aaaa.


Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.